Padang Aro (radiotemansejati) – Pada Forum Group Discussion (FGD) di Padang Aro, Kamis (1/2), Tim Universiti Malaya yang dipimpin oleh Prof Yahaya Ahmad mengungkapkan, Kawasan Saribu Rumah Gadang (SRG) memiliki potensi besar untuk dijadikan situs warisan dunia.
“Kawasan Saribu Rumah Gadang dapat digolongkan sebagai situs budaya (cultural) yang nyata (tangible) dan tidak bergerak (immovable). Selain itu SRG merupakan kumpulan dari bangunan budaya (cultural groups of buildings) yang memiliki keunikan (unique) dan tidak ada ditempat lainnya di dunia ini,” ujar Prof Yahaya Ahmad.
Dari 10 kriteria Nilai Signikan Bagi Masyarakat Dunia (Outstanding Universal Value (OUV)) yang menjadi panduan bagi UNESCO untuk menetapkan kelayakan situs warisan Dunia. Kawasan SRG memiliki 3 kriteria yang kuat dan bisa diajukan.
“Sekurangnya dua saja kriteria yang terpenuhi bisa menjadikan SRG menjadi warisan dunia, sedangkan yang kita miliki 3 kriteria yang kuat,” tambah professor yang sudah meloloskan Melaka dan George Town menjadi situs warisan dunia tersebut..
Ketiga kriteria tersebut adalah yang pertama suatu kebudayaan yang unik yang masih ada dan dilaksanakan hingga saat ini, kedua memiliki tipologi arsitektur yang jelas dan unik tidak ada di tempat lain, dan ketiga memiliki hubungan antar masyarakat secara tradisional yang masih dipertahankan.
Bahkan Profesor Yahaya Ahmad menyamakan SRG dengan Kawasan Desa Fujian Tulou di China yang menjadi warisan dunia 2008, lalu kawasan desa Hahoe Yangdong di Korea Selatan yang menjadi warisan dunia 2010 dan juga dengan Desa Shirakawa Go Gokayama di Jepang yang menjadi warisan dunia 1995.
Beliau juga mengusulkan sebuah nama yang sebaiknya di gunakan untuk pengajuan yaitu Minangkabau Traditional Village in Solok Selatan.
“kalau nama Saribu Rumah Gadang bersifat terlalu lokal, namun ini hanyalah usulan, boleh dipakai atau tidak,” tukasnya.
Tim Universiti Malaya datang ke Solok Selatan dalam rangka membantu Solok Selatan untuk mengajukan Kawasan SRG menjadi salah satu Situs Warisan Dunia yang di naungi oleh UNESCO.