Ganasnya Sungai Batang Bangko Dari Jaman Belanda

Solok Selatan – Sebuah foto yang diambil oleh Daniel David Veth pada tahun (1877-1879) di Muara Labuh, Solok Selatan meninggalkan rekam jejak tentang ganasnya arus Sungai Batang Bangko dan Sungai Batang Suliti sejak dulu.

(catatan : tulisan ini merupakan opini pribadi penulis, kami sangat terbuka apabila ada kritik terhadap tulisan ini)

Foto ini berjudul “Een boom midden in de rivier Batang Bangko bij Moearalaboeh” atau “A tree in the middle of the Batang Bangko river at Muaralabuh” atau “Sebuah pohon ditengah Sungai Batang Bangko di Muaralabuh”. Foto aslinya ada di Tropen Museum di Belanda.

Nampak pada foto yang diambil pada ekspedisi sumatera tersebut meninggalkan banyak cerita. Namun yang penulis cermati adalah keberadaan pohon yang tegak berdiri sendiri di tengah pertemuan Sungai Batang Bangko dan Sungai Batang Suliti tersebut.

Melalui kesederhanaan logika penulis, tidak mungkin pohon tersebut tumbuh hingga besar berada ditengah sungai. Karena sewaktu ia masih kecil dapat dengan mudah tergerus arus air sungai.

Sehingga penulis berkesimpulan letak pohon tersebut berdiri dulunya adalah daratan. Dan besar kemungkinan akibat bencana alam berupa banjir bandang maka daratan tersebut tergerus oleh ganasnya arus air.

Hal ini diperkuat dari foto, tebing pinggir sungai yang curam yang merupakan ciri-ciri abrasi yang diakibatkan oleh arus air. Keganasan air bisa juga dilihat dari jauhnya jarak antara pohon dan tebing sungai terdekat.

Foto ini kembali mengingatkan kepada kita, bahwa memang sejak dulu wilayah Muaralabuh, Solok Selatan rawan akan bencana. Dan sekaligus membuat kita waspada dan agar lebih bersahabat dengan alam.

Pemerintah pusat akan segera membangun pengendalian banjir di pertemuan kedua sungai tersebut dengan dana Rp42,8 miliar. Dan diharapkan akan mampu menyelesaikan permasalah banjir yang kerap terjadi setiap tahunnya.

Komentar Sahabat

Close
%d blogger menyukai ini: