Bukit tinggi (radiotemansejati) – Supreme Energy Muara Labuh (PT SEML) menegaskan bahwa kejadian lumpur lapindo tidak berpotensi terjadi pada pengeboran panas bumi di Solok Selatan.
Dalam paparannya Chief Geologist PT SEML, Herwin Azis mengatakan bahwa ada perbedaan jenis batuan yang menyusun lapisan kerak bumi yang ditemui di Pekonina.
“Kalau di Lapindo batuannya lunak bahkan didominasi oleh pasir lunak dan lumpur. Sehingga ketika terjadi kesalahan teknik pengeboran dan tidak ditanggulangi secara tepat mengakibatkan luapan lumpur liar. Sedangkan di Pekonina terdiri dari batuan yang keras dan sulit ditembus karena di daerah pegunungan” ujarnya pada program media gathering di Bukittinggi, Selasa (4/04/2017).
Ia melanjutkan bahwa kedalaman pengeboran panas bumi hanya sampai 2500 m sedangkan minyak bumi hingga kedalaman 6000 m.
“Namun karena tingkat kesulitan pengeboran panas bumi yang lebih tinggi maka waktu yang dibutuhkan hampir sama dengan pengeboran minyak yaitu rata-rata tiga bulan” paparnya.
Dalam acara yang sama, Presiden direktur dan CEO PT SEML, Supramu Santosa mengatakan bahwa supreme muaralaboh akan melanjutkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Muaralabuh
“Kami akan melakukan pengeboran lanjutan sebanyak 11 sumur, terdiri dari 8 sumur produksi dan 3 sumur injeksi. Untuk memenuhi target pembangkitan listrik 80 MW” ujarnya.
PT. SEML diberikan target produksi listrik ke PLN paling lambat tanggal 23 Agustus 2019. Untuk memenuhi target ini PT. SEML telah menggandeng PT. Rekayasa Industri (Rekind) untuk pengerjaan fisik, Fuji Elektrik untuk pembangunan turbin dan sumitomo untuk pipanisasi.
Dalam sambutannya Bupati Solok Selatan yang diwakili oleh Asisten III, Yul Amri mengingatkan agar supreme energy tetap mengutamakan pekerja lokal dalam setiap pelaksanaan pembangunannya.
“Kami sangat mendukung adanya investasi di daerah kami, apalagi yang memberikan manfaat besar bagi daerah” sambut Yul Amri.