Perempuan Hebat Dari Ranah Minang

Program Radio (radiotemansejati) – Nama R.A.Kartini mungkin tidak asing lagi di telinga dan ingatan kita dalam perjuangannya memperjuangkan hak-hak kaumnya dalam memperoleh pendidikan yang layak agar perempuan-perempuan pada umumnya dapat memperoleh ilmu pendidikan dan juga keterampilan.

Sama halnya denga R.A Kartini di Sumatera Barat ada pejuang-pejuang yang tak kalah semangatnya seperti R.A Kartini dalam memperjuangkan hak. Perjuangan melawan penjajah, perjuangan dibidang pendidikan dan agama, serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan adat minangkabau untuk diwariskan kepada penerusnya.

Yuk kita coba kenali satu persatu siap mereka.

Siti Manggopoh
  1. SITI MANGGOPOH

Ia adalah seorang pejuang wanita yang ditakuti oleh belanda, lahir di mangopoh, Agam bulan Mei 1880. Dia memimpin perjuangan melawan tentara belanda dalam perang yang disebut dengan perang belasting (pajak uang). Disebut perang belasting karena perang tersebut dipicu karena kebijakan belanda yang menerapkan sistem balasting (pajak uang) terhadap tanah-tanah rakyat.

Hal ini bertentangan dengan sistem adat minangkabau, dalam perang tersebut banyak dari pihak belanda yang mati sedangkan dari pihak rakyat hanya 7 orang. Dan akhirnya belanda meminta bantuan dari luar akhirnya siti manggopoh beserta 7 orang lainnya ditangkap. Perjuangan Siti Manggopoh memang luar biasa, bahkan sewaktu perang anaknya, Dalima masih dalam keadaan menyusui.

Siti Manggopoh akhirnya berhasil ditangkap dan dihukum selama 14 bulan kurangan penjara di Lubuk Basung, Agam, 16 bulan di Pariaman, dan 12 bulan di Padang. Selama masa kurungan tersebut ia terus membawa anaknya Dalima. Sementara itu suaminya Rasyid Bagindo Magek dibuang ke Manado. Siti Manggopoh sendiri akhirnya dibebaskan dan meninggal di usia 85 tahun pada 20 Agustus 1965 di Gasan Gadang. Untuk mengenang perjuangannya dibangun sebuah patung Siti Manggopoh di Simpang Gudang, Lubuak Basuang, Agam.

Rohana Kudus
  1. ROHANA KUDUS

Wanita luar biasa satu ini adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, juga merupakan Mak Tuo dari penyair legendaris Indonesia Chairil Anwar,serta sepupu dari H. Agus Salim. Ia lahir di nagari Koto Gadang, Kabupaten Agam 20 Desember 1884 dari pasangan Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam.

Rohana Kudus adalah tokoh wanita yang hidup satu zaman dengan R.A Kartini, dimana pada masa itu akses pendidikan untuk kaum wanita masih sangat terbatas. Dan karena itulah Rohana Kudus sangat berkomitmen untuk memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan.Rohana Kudus tidak mengecap pendidikan formal yang ada kala itu.

Melalui sang ayah yang bekerja sebagai pemerintahan Belanda ia belajar mulai dari membaca, menulis serta berbahasa Belanda. Kemampuan belajarnya terbilang cepat, karena dengan cepat ia telah menguasai materi-materi yang diajarkan ayahnya. Melalui istri atasan ayahnya Rohana Kudus juga mempelajari menyulam, menjahit, merenda, dan merajut yang kelak kemudian ia ajarkan pada sekolah yang dibukanya di Koto Gadang.

Setelah menikah dengan Abdul Kudus, Rohana kemudian membuka sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia (sekarang Yayasan Amai Setia). Di sekolah inilah Rohana mengajarkan berbagai keterampilan mulai dari membaca, mengelola keuangan, budi pekerti, pendidikan agama bahkan Bahasa Belanda.Bagi Rohana Kudus emansipasi berarti:

“Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”

 

Syaikhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah
  1. RAHMA EL YUNUSYYIAH

Nama Pondok Pesantren Diniyyah Puteri tak bisa dilepaskan dari sosok Rahmah El Yunusiyyah, tokoh wanita kelahiran Padang Panjang 20 Desember 1900. Rahmah El Yunusiyyah memang berasal dari keluarga yang agamais. Ayahnya Muhammad Yunus adalah seorang Kadi di daerah Pandai Sikek. Sementara kakeknya Imanuddin merupakan seorang ahli ilmu falak dan tokoh Tarekat Naqsyabandiyah.Rahmah belajar secara otodidak dan dibimbing oleh kakaknya Zainuddin Labay dan M. Rasyad.

Selain itu Rahmah juga pernah belajar agama kepada Haji Rasul, Tuanku Mudo, dan Abdul Hamid. Selain ilmu agama Rahmah juga pernah mengikuti kursus ilmu kebidanan di Rumah Sakit Umum Kayutanam.Baru pada usia 23 tahun dengan inisiatif serta dukungan dari kakaknya Rahmah El Yunusiyyah mendirikan sekolah khusus untuk perempuan yang diberi nama Al-Madrasatul Diniyyah atau yang kita kenal sekarang sebagai Pondok Pesantren Diniyyah Puteri.

Pendirian sekolah tersebut melambungkan nama Rahmah El Yunusiyyah. Bahkan ia diminta mengajar di sekolah kerajaan di Semenanjung Malaysia. Beberapa negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Mesir meminta siswa Diniyyah belajar di negara mereka.Perjuangan Rahmah tidak berhenti sampai di situ, perannya dalam mempelopori berdirinya Tentara Keamanan Rakyat, Laskar Sabilillah dan Laskar Hizbullah membuatnya harus dipenjara. Ia dibebaskan setelah mendapatkan undangan dari panitia Konferensi Pendidikan di Yogyakarta.Selain itu Rahmah El Yunusiyyah juga mendalami dunia politik. Pada tahun 1955 ia terpilih sebagai anggota DPRS dari Partai Masyumi. Ia duduk di lembaga ini hingga tahun 1957.

Rasuna Said
  1. RASUNA SAID

Hajjah Rangkayo Rasuna Said lahir di Maninjau, Kabupaten Agam pada 14 September 1910. Beliau merupakan salah seorang pahlawan nasional yang juga memperjuangkan persamaan hak antara pria dan wanita.

Berbeda dengan tokoh wanita lainnya, Rasuna Said memilih terjun ke dunia politik, karena menurutnya perjuangan persamaan hak antara pria dan wanita tidak cukup hanya dengan pendidikan. Rasuna Said memulai pendidikannya dari Sekolah Dasar, kemudian dilanjutkan ke pesantren Ar-Rasyidiyah.

Di sana ia menjadi santri wanita satu-satunya. Lalu Rasuna Said melanjutkan pendidikannya ke pesantren Diniyah Putri, Padang Panjang. Selain itu ia juga sempat berguru kepada Haji Rasul.Perjuangannya di dunia politik dimulai dari aktivitas di Sarekat Islam kemudian bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada tahun 1930.

Selain itu Rasuna Said juga memperkuat perjuangannya melalui tulisan. Tahun 1935 ia membuat majalah Raya. Namun karena terlalu keras menentang Belanda, ruang gerak Rasuna Said dan teman-temannya dipersempit. Ia pun akhirnya pindah ke Sumatera Utara.

Itulah perempuan perempuan hebat diranah minangkabau. Dengan semangat juangnya yang sungguh luar biasa dapat dicontoh oleh perempuan modern era masa kini. Bukan hanya mengejar trend dan style  saja tapi pendidikan,keahlian, serta kebudayaan negeri minangkabau juga harus kita lestarikan

Komentar Sahabat

Close
%d blogger menyukai ini: