Sahabat Sejati semua jika Sahabat berjalan-jalan ke Solok Selatan khususnya atau Sumatera Barat umumnya, mungkin sahabat banyak menemukan tugu-tugu yang berdiri pada tiga tiang. Terutama sekali jika Sahabat melintasi RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang ada di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Tugu tersebut memiliki makna yang besar loh sahabat Sejati karena tugu tersebut melambangkan sebuah landasan kepemimpinan yang ada di Minangkabau. Yap kepemimpinan itu disebut dengan tungku tigo sajarangan
Tungku tigo sajarangan adalah sebuah bentuk kepemimpinan yang ada di Minangkabau.tungku tigo sajarangan terdiri dari penghulu, alim ulama dan juga cadiak pandai. Ketiga tokoh ini punya peranan yang berbeda tapi memiliki tujuan yang sama dalam membangun nagari agar sesuai dengan filosofi adat yang ada di Minangkabau yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah.
1. Pangulu
Pangulu atau yang lebih akrab kita sapa dengan niniak mamak.dalam adat minangkabau berasal dari kata Pangulu yang berarti “penggengam hulu” atau “pangkal hulu”.
sedangkan dalam bahasa Melayu kuno pangulu berasal dari 2 suku kata pang yang berarti kepala dan hulun yang berarti rakyat. Jadi bisa diartikan bahwa pangulu adalah seorang pemimpin yang mengepalai rakyat. Sebuah pepatah minang mengatakan Elok nagari dek pangulu, elok kampuang dek nan tuo. Dari pepatah tersebut sudah membuktikan peranan besar seorang pangulu.
Sahabat Sejati semua, seorang pangulu biasanya dipilih dalam proses adat yang panjang. Karena dalam memilih seorang pangulu atau niniak mamak tidak bisa sembarangan. Seseorang tidak akan berfungsi menjadi niniak mamak jika dalam keluarga sendiri tidak mempunyai gelar kebesaran kaum yang di milikinya.
Dan seorang niniak mamak harus memiliki sifat Siddiq (benar) dan Tabligh (menyampaikan) yang dimaksud adalah seorang niniak mamak harus bisa menyampaikan sesuatu yang benar kepada anak kemenakannya. Serta niniak mamak juga harus memiliki sifat Amanah (kepercayaan) dan juga Fathonah (berilmu) yang bermaksud agar seorang niniak mamak bisa dipercayai secara lahir dan batin karena jujur dan benar dan berilmu untuk memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat.
karena prinsip salah satu dari prinsip seorang niniak mamak tertuang dalam pepatah bapantang kusuik indak ka salasai, bapantang karuah indak ka janiah.
2. Alim ulama
Sahabat Sejati semua karena masyarakat Minangkabau yang relegius serta memiliki filosofi adat yang tinggi maka peranan seorang Alim Ulama pun tidak kalah penting dalam membangun nagari.
Alim Ulama merupakan seorang warga masyarakat yang mengetahui segala hal tentang ilmu agama. Seorang alim ulama lebih membimbing rohani masyarakat untuk menempuh jalan yang benar di dunia serta akhirat.
alim Ulama di ibaratkan sebagai suluah bendang di nagari artinya seorang Alim Ulama merupaka suluh yang terang benderang yang menerangi nagari.
3. Cadiak Pandai
Untuk membangun sebuah nagari pasti di perlukan ilmu pengetahuan . dan cadiak pandai adalah solusi dari setiap permasalahan yang ada di masyarakat yang bersangkutan dengan pengetahuan.
tahu dek rantiang nan ka mancucuak , tahu di dahan nan ka maimpok. Seorang cadiak pandai harus bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi dan dapat memecahkan masalah dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
Sebagai sebuah landasan hukum suatu nagari kepemimpinan tungku tigo sajarangan punya andil besar dalam membentuk suatu nagari.
di ibaratkan sebuah bejana di atas tungku.jika ingin bejana yang kokoh dan tetap seimbang.dibutuhkan tonggak tungku yang kokoh pula. ya sama halnya dengan sebuah nagari jika ingin membangun sebuah nagari yang kokoh perlu landasan yang kokoh pula.
Maka dari itu sahabat sejati sebagai warga masyarakat kita perlu bekerjasama untuk mencetak atau membentuk kepemimpinan tungku tigo sajarangan sedini mungkin . Agar nagari kita kelak bisa menjadi nagari yang kokoh dan pastinya tetap memegang erat pada filosofi para pendahulu kita.