Padang aro (radiotemansejati) – Suara sirine tanda bahaya meraung-raung selama lebih dari 5 menit di Jorong Liki Atas, Sangir. “Awas Bahaya Longsor, Awas Bahaya Longsor,” suara sirene.
Sontak mendengar suara sirine tersebut ratusan masyarakat jorong liki atas pun berhamburan keluar dari rumah.
Orang tua, pemuda, dan anak-anak berlarian menjauh dari lokasi bencana menuju titik evakuasi.
Tim Siaga Bencana membantu evakuasi seluruh warga. Orang tua yang tidak mampu untuk berlari ditandu bersama dan dievakuasi menggunakan mobil.
Korban yang terluka segera diberikan pertolongan pertama. Semua bergerak cepat dalam membantu korban.
Itulah simulasi bencana longsor di Jorong Liki Atas, Kamis (19/10/2017), diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan.
Sekaligus peresmian dan serah terima alat pendeteksi dini pergerakan tanah atau Lanslide Early Warning System (LEWS) dari Universitas Gajah Mada dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada BPBD Solok Selatan.
Bupati Solok Selatan yang diwakili oleh Asisten III, Yul Amri mengatakan fungsi dari LEWS ini adalah untuk memperkecil dan meminimalisir adanya korban dan kerusakan yang diakibatkan longsor.
“Sedini mungkin kita ketahui, sehingga kita bisa mengambil tindakan untuk mengambil langkah menyelamatkan penduduk yang terancam,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya fungsi alat tersebut jangan sampai ada tangan jahil yang akan merusak alat. “Segera lapor kepada jorong dan wali nagari apabila ada yang jahil,” tambahnya.
Kepala BPBD Solok Selatan, Editorial mengatakan pada awalnya BPBD Solsel mengajukan empat lokasi pemasangan LEWS namun yang dikabulkan hanya satu lokasi.
“Kami mengajukan Pinti Kayu, Pekonina Taratak Tinggi, Liki Atas dan Bukit Manggiu. Yang dipilih adalah liki atas karena ancaman longsornya lebih tinggi dan penduduknya lebih banyak,” ujarnya.
Teknisi UGM, Ikhwan Mustiadi mengatakan ada tiga tahapan bunyi sirine LEWS yaitu bunyi waspada, bunyi siaga dan bunyi awas.
“Ada empat sensor yang kami tempatkan, yaitu 1 sensor curah hujan, 1 sensor kemiringan tanah, dan 2 sensor pergeseran tanah,” jelasnya.
Ia berharap masyarakat liki atas merawat alat tersebut dan menjaganya. “Selama panel suryanya tidak tertutup dan dirusak alat ini akan bekerja dengan baik,” ujarnya.