Padang Aro – Pembangunan Tapak Tower Saluran Tegangan Tinggi (SUTET) PLN di Jorong Sampu, Nagari Lubuk Gadang Utara diduga menyebabkan longsor. Masyarakat yang terdampak meminta agar pembangunan tidak dilanjutkan dan perusahaan bertanggung jawab.
Mendapatkan laporan dari masyarakat, BPBD Solok Selatan beserta TNI, Polres Solsel dan perangkat Nagari segera meninjau lokasi.
Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan, Johny Hasan Basri di Padang Aro, Selasa (4/12), mengatakan pembangunan tapak SUTET di Jorong sampu berada di puncak bukit yang cukup terjal, dan dibawahnya ada delapan rumah warga dengan sembilan kepala keluarga.
Ia mengkhawatirkan apabila curah hujan tinggi maka longsoran akan mengenai rumah warga yang ada dibawahnya.
“Untuk saat ini 9 KK tersebut sudah mengungsi ke Tetangga atau keluarga masing-masing” ujarnya
Saat ini tambahnya, masyarakat dan perangkat nagari meminta kepada perusahaan untuk menghentikan sementara pembangunan Tower SUTET tersebut.
Sapari Septiadi, selaku Sekretaris Nagari Lubuak Gadang Utara menyebutkan, kejadian longsor berawal pada Minggu malam sekira pukul 22.30 WIB karena intensitas hujan cukup tinggi.
“Sekarang dilokasi, longsoran hanya menunggu waktu, sebab di sisi Barat dan Timur sudah longsor. Sedangkan sisi Selatan hanya menunggu waktu saja karena dibawahnya ada delapan rumah warga yang terancam,” katanya.
Dia mengatakan, warga yang terdampak tidak mampu tidur didalam rumah apalagi kondisi cuaca hujan. Akibatnya, warga mengungsi ke rumah keluarga.
“Malam tadi Senin (3/12) warga mengungsi karena hujan,” ucapnya.
Lokasi pembangunan tapak SUTT, imbuhnya berada di pinggang bukit dengan ketinggian sekitar 50 meter dari pemukiman dan luas tapak sekitar 400 meter persegi.
“Dulu jika ada aktivitas menebang kayu di lokasi itu maka bakal datang polisi hutan untuk menindak, sekarang sudah alat berat yang bekerja,” tuturnya.
Menurutnya, pekerjaan sudah berlangsung sekitar sebulan tapi tidak pernah melakukan sosialisasi dan sudah dilakukan ganti rugi lahan.
“Warga terdampak meminta penghentian pekerjaan itu. Warga meminta rumah mereka direlokasi dengan luas tanah dan bentuk rumah yang sama. Penggantian bisa berupa uang atau dibuatkan rumah persis sama. Hari ini diagendakan mediasi dengan pihak rekanan bersama warga dan tokoh masyarat,” ucapnya.