Jalan Kambang-Muaralabuh, Kerinduan Yang Belum Berujung

Solok Selatan (radiotemansejati) – Mendengar cerita dari orang-orang tua kita, tentang bagaimana harmonisnya hubungan antara Solok Selatan dan Pesisir Selatan yang telah terjalin sejak dahulu kala. Hubungan yang tidak hanya sekedar basa basi perdagangan saja namun jauh dari pada itu. Hubungan persaudaraan dan emosional sudah lama terjalin diantara kedua wilayah ini.

Namun sayang nampaknya hubungan ini masih belum direstui oleh pemerintah pusat untuk semakin dipersingkat. Pasalnya jalan kambang-muaralabuh yang telah lama diimpikan itu belum juga mendapatkan ijin dari pemerintah pusat.

Hal ini disebabkan jalan tersebut melalui Zona Inti Taman Nasional Kerinci Seblat. Berdasarkan kajian dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), hal itu belum bisa diakomodasi karena akan mengganggu habitat satwa langka yang ada di Sumatera Barat.

Sudah tidak terhitung lagi usaha dan usulan yang disampaikan oleh provinsi, pemda solsel maupun pemda pessel namun semuanya kandas. Setidaknya tidak dalam waktu dekat ini.

“Usulan yang disampaikan Pemprov Sumatera Barat, termasuk Pemda Solsel maupun Pessel terkait kelanjutan pembukaan jalan baru yang akan membelah kawasan TNKS belum bisa diakomodir ,” kata Kepala Balai Besar TNKS, M. Arief Toengkagie, pada wawancara dengan media di Padang, (19/5/2017).

Sebelumnya, Bupati Solsel, H. Muzni Zakaria akan tetap memperjuangkan pembukaan jalan tersebut, mengingat fungsinya yang vital sebagai jalur evakuasi bila terjadi bencana terutama tsunami dan gempa bumi besar. Dikatakannya, pihaknya tetap berupaya untuk meyakinkan TNKS.

“Pemda Solsel akan mematuhi semua per­syaratan yang diberikan oleh pihak TNKS asal diberikan izin untuk bisa kembali me­lan­jutkan pembukaan jalan Kambang-Muaralabuh tersebut,” ungkapnya.

Pemda Solok Selatan sudah memulai jalan ini dengan membuka jalan sepanjang 5 Km, hanya perlu sekitar 8 Km lagi. dan Pemda Pesisir Selatan juga telah membuka sepanjang 16,7 kilometer dan sekitar 32 kilometer lagi berada dalam kawasan TNKS wilayah Pessel. Total diperlukan 40 Km lagi untuk merealisasikan jalan tembus ini.

Saat ini jarak tempuh dari Muaralabuh ke kambang mencapai 240 Km. Apabila jalan tembus tersebut teralisasi maka jarak tempuh hanya 60 Km. Kalau saja ruas jalan itu rampung, produksi ikan laut yang melimpah di Pesisir Selatan bisa dipasarkan sampai ke Jambi dan Riau lewat Solok Selatan.

Sebaliknya, produksi perkebunan dan pertambangan dari Dharmasraya bisa diangkut lewat Solok Selatan ke Pelabuhan Teluk Bayur, 200 kilomter lebih dekat ketimbang ke Padang lewat jalan Lintas Tengah Sumatera.

Solok Selatan sendiri punya 80 ribu hektar sawit dan 30 ribu hektar teh disamping hasil tanaman perkebunan tradisional: karet, kopi, kayu manis, pala, nilam, beras dan kemiri. Bahan tambang seperti biji besi, batubara dan timah putih, sebagian sudah dieksploitasi. Dan Solok Selatan merupakan penghasil beras premuim berkualitas yang bisa dipasarkan ke pesisir selatan.

Namun nampaknya cerita angan-angan ini masih jauh dari sumbunya. Mengutip perkataan H. Muzni Zakaria “Jika kelestarian hewan begitu hebatnya dijaga, apakah masyarakat tidak sepenting itu. Perhatikan juga kesejahteraan masyarakat, soal kekhawatiran akan mengganggu populasi hewan di sana, kita akan siap membudidayakannya. Seperti gajah, nanti kita akan beternak gajah bila perlu,” ungkapnya.

Semoga cepat teralisasi.

Komentar Sahabat

Close
%d blogger menyukai ini: